Dunia video game baru saja memperingati kelahiran salah satu game legendaris yg lumayan berpengaruh di masanya, merupakan The Legend of Zelda. Ya, tepatnya kepada tanggal 21 Pebruari 1986 silam, game yg termasuk juga salah satu mahakarya dari Shigeru Miyamoto ini mula-mula kali dirilis ke system Nintendo. Dalam rangka merayakan hri jadinya yg ke-30, aku pikir ga ada salahnya utk share sedikit narasi pengalaman aku kurang lebih seri Zelda lewat tulisan ini.
Sbg gamer yg berumur tiga th lebih jejaka daripada The Legend of Zelda, aku akui game ini mempunyai area yg pass istimewa di hati saya(sesudah Command and Conquer pastinya). Lebih-lebih mengingat aku tumbuh agung diiringi informasi perkembangan kira kira serial Zelda.
Link |screenshot
“Hey … listen!”
Meski rincian ingatan tersebut sekarang ini sedikit buram, aku tetap ingat perjumpaan awal bersama serial Zelda dimulai dari kunjungan ke hunian saudara yg waktu itu mempunyai kaset game The Legend of Zelda orisinal (ya, bersama logo tamengnya yg bagi aku sama sekali tidak menarik itu). Gagasan The Legend of Zelda ialah satu buah terobosan di masanya. Tapi, diwaktu itu RPG bukanlah sesuatu yg seru di mata aku lantaran ganjalan bahasa & serta tren bocah yg ketika itu lebih tertarik memainkan Contra, Twin-Bee, Bucky O’Hare & game lain semacamnya.
Pengalaman aku main-main The Legend of Zelda baru memang lah bermula kala aku mulai sejak duduk di bangku SMP & mengenyam pelajaran bahasa Inggris basic di sekolah. Berbekal dgn acara emulator di Computer yg disaat itu jadi alternatif pengganti console Nintendo aku yg rusak, aku pula sejak mulai menjelajah Hyrule, berikhtiar menyelamatkan Triforce (biarpun aku tidak berhasil tamat), & mengenal karakter Link yg saat mungil pernah aku salah artikan namanya juga sebagai Zelda.
Terhadap awal periode aku bertemu, game ini kalah terkenal di bandingkan Contra
Di awal thn 2003, aku serta bertaaruf bersama game The Legend of Zelda berikutnya : Oracle of Seasons & Oracle of Ages, keduanya yaitu seri Zelda yg sempat aku tamatkan. Di situ aku menjumpai suatu adventure yg pass seru, di mana Link sanggup memanipulasi ketika & periode utk memecahkan beraneka puzzle menantang.
Berkat emulator Computer pun(yg kala itu jadi hiburan gaming paling fleksibel di hunian), aku sanggup main-main iterasi Zelda yang lain, Aku bakal merasakan betapa luar biasa dramatisnya The Legend of Zelda : Ocarina of Time dgn system perubahaan siang tengah malam yg dinamis, pula betapa uniknya adventure lintas ketika yg dihadirkan The Legend of Zelda : Majora Masks.
Pass tidak sedikit serial game Zelda yg aku mainkan, namun cuma dua ini saja yg sukses aku tamatkan
Biarpun pass tidak sedikit seri Zelda yg sempat aku cobalah, tapi sampai detik ini tak tidak sedikit game Zelda yg sukses aku tuntaskan terkecuali dua judul di atas tadi. Entah barangkali sebab aku begitu mudah dialihkan game lain yg lebih seru, atau terjebak menghadapi puzzle tertentu kepada disaat itu.
Bagi aku sendiri, main seri Zelda serupa seperti membaca buku dongeng dalam bermacam macam version bersama karakter yg sudah kita kenal pada awal mulanya. Terlepas dari urutan alur narasi yg membingungkan, tiap-tiap seri Zelda senantiasa menghadirkan kisah adventure yg dapat anda nikmati dengan cara lepas tidak dengan mesti mengikuti narasi dari game pada awal mulanya.
The Legend of Zelda Ocarina
Meme di atas lumayan menohok aku yg mogok main Ocarina of Time orisinal di level ini
Terhadap intinya, dari tiap-tiap seri Zelda yg aku mainkan, game ini menanamkan nilai keberanian utk ke luar & bertolak bertualang mencari sesuatu yg berharga diluar sana. Entah itu persahabatan, cinta, atau sekadar menambah list narasi anda supaya hidupmu makin berkesan buat diceritakan ke anak cucumu kelak. Pastinya ini ialah manfaat positif yg dapat anda petik dari suatu video game, & tidak sekadar jadi hiburan belaka saja.
Yang Merupakan pelengkap, ada baiknya sebelum menceritakan pengalamanmu, anda pun melihat sekian banyak video pilihan aku berikut ini. Selamat ulang thn ke-30, The Legend of Zelda!